Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih Panjang.
Pencegahan dilakukan diantaranya dengan mengenali tanda-tanda bencana untuk mengenali seberapa besar resiko bencana terjadi sehingga penanggulangan bisa lebih difokuskan kepada wilayah yang memiliki resiko bahaya bencana yang lebih besar dari wilayah yang lain. Kegiatan ini tentunya bukan merupakan peran bidan namun bidan perlu melakukan kolaborasi dengan BNPB dan pihak lainnya agar kitapun bisa lebih bersiap dalam menghadapi resiko yang berhubungan dengan asuhan kebidanan terutama pada tindakan persalinan dan nifas pada situasi bencana tersebut.
b. Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih Panjang. Mitigasi Dilakukan diantaranya dengan :
1) Mendata Ibu Hamil, Bersalin, Nifas di wilayah tersebut
2) Memberikan pendidikan
Dalam prosesnya untuk memberikan pendidikan mengenai kegawatdaruratan bencana dalam kebidanan bisa dilakukan dengan melakukan asuhan kebidanan komunitas.
3) Memastikan dan mempersiapkan suplay logistik
Adapun logistik yang perlu disiapkan diantaranya terdapat kit pribadi dan kit persalinan
Kit individu
| | |
Berisi barang kebutuhan pribadi sesuai sasaran kesehatan reproduksi.
· Dikemas dalam kantong/tas dengan warna tertentu yaitu: ibu hamil (kit warna hijau), ibu pasca melahirkan/ pasca persalinan (kit warna oranye), bayi baru lahir (kit warna merah) dan kit hiegiene untuk WUS (kit warna biru).
· Kit diberikan sesegera mungkin pada awal terjadi krisis kesehatan sesuai kebutuhan dari hasil kaji cepat tim lapangan
b) Kit persalinan di lapangan
· Merupakan paket alat, obat dan bahan habis pakai untuk pertolongan persalinan. Perlu dipastikan alat dan obat lengkap serta periksa tanggal kadaluarsa dari obat-obatan tersebut.
· Kit di distribusikan kepada bidan yang bertugas di daerah terdampak/di lokasi pengungsian. Pastikan tersedia transportasi dan akses menuju lokasi terdampak.
· Kit diberikan apabila tidak tersedia peralatan pertolongan persalinan/alat-alat kebidanan mengalami kerusakan atau hilang saat terjadi bencana.
c) Kit kesehatan reproduksi
· Kit ini hanya dipakai pada bencana besar dimana banyak infrastuktur kesehatan yang rusak, tidak berfungsi dan tidak mampu melakukan pelayanan kesehatan seperti biasanya. Merupakan paket peralatan, obat dan bahan habis pakai yang sudah dikemas dan diberi nomor dan warna sesuai dengan jenis tindakan medis yang akan dilakukan, untuk memudahkan pemberian pelayanan. Ada 12 jenis kit kesehatan reproduksi.
· Kit berisi alat kesehatan dan bahan habis pakai yang biasa digunakan di puskesmas maupun rumah sakit. Kit kesehatan reproduksi terdiri dari 3 (tiga) blok, masing masing blok ditujukan bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang berbeda.
· Kit dirancang untuk penggunaan jangka waktu 3 (tiga) bulan untuk jumlah penduduk tertentu.
· Kit kesehatan reproduksi diadaptasi dari standar internasional yang disesuai dengan kebijakan dan standar pelayanan kesehatan reproduksi di Indonesia. Daftar peralatan dan obat-obatan di dalam kit kesehatan reproduksi terdapat dalam Buku Pedoman Dukungan Logistik PPAM Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan.
· Kebutuhan kit tergantung pada banyaknya pengungsi, jenis pelayanan yang akan diberikan serta perkiraan lamanya waktu mengungsi.
| | |
c. Kesiapsiagaan
Dalam fase ini dilakukan persiapan yang baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana.
Ibu hamil, nifas dan menyusui perlu diberdayakan agar dapat mengupayakan kesehatan bagi dirinya dan anaknya dalam masa situasi darurat bencana, mengingat terbatasnya fasilitas dan pelayanan kesehatan. Namun yang sering menjadi masalah adalah kurangnya kesiapsiagaan bencana ibu. Menurut BNPB, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui secara jelas risiko akan terjadinya bencana serta bagaimana mitigasi bencana yang baik seperti jalur evakuasi serta minimnya pemahaman pada golongan yang rentan.
ibu hamil termasuk dalam kelompok rentan dalam bencana, dimana kelompok masyarakat rentan (vulnerability) harus mendapatkan prioritas. Perlu disadari bahwa Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana dimana bencana bisa terjadi kapan saja tanpa bisa dipresdiksi dengan tepat. Pada kondisi bencana penanganan perempuan khususnya ibu hamil sangat membutuhkan perlakuan khusus. Karena bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti abortus (keguguran), kelahiran prematur, stres, perdarahan dan gawat janin.
Pendidikan persalinan juga bisa memainkan peran penting dalam mendidik wanita hamil dan pasca-melahirkan serta keluarga mereka dalam kesiapsiagaan bencana alam. Edukasi yang dapat diajarkan meliputi Persiapan kit darurat yang mencakup;
a. Pasokan makanan dan air 3 hari,
b. persediaan obat-obatan, barang-barang
c. perawatan pribadi dan bayi,
d. persediaan keselamatan, elektronik (lampu senter, radio, ponsel dengan pengisi daya, dan tambahan baterai),
e. dokumen penting, seperti nomor telepon darurat.
Selain itu, ibu hamil harus diajarkan mengenai rencana komunikasi darurat dengan keluarga, tempat pertemuan (titik kumpul) yang dituju apabila terjadi bencana, dan rencana medis darurat.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanggulangan bencana pada ibu hamil dan melahirkan yaitu mengurangi risiko tekanan darah rendah maupun darah tinggi, meningkatkan kebutuhan oksigen, mempersiapkan kelahiran yang aman dan perawatan bayi baru lahir. Asuhan untuk ibu hamil sebelum bencana diantara lain yakni membekali ibu hamil dengan pengetahuan mengenai :
a. Umur kehamilan,
b. Gambaran proses kelahiran,
c. ASI eksklusif dan MPASI,
d. Melibatkan ibu hamil dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, misalnya dalam simulasi bencana,
e. Menyiapkan tenaga kesehatan dan relawan yang trampil menangani kegawat daruratan pada ibu hamil dan bayi melalui pelatihan atau workshop.
Unsur lain yang tidak kalah pentingnya dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam manajemen pra bencana adalah sikap. Sikap seseorang akan berpengaruh langsung terhadap perilaku dan akan tergantung dari kondisi, waktu dan situasi. Pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan dalam kesiapsiagaan bencana akan membentuk dasar perilaku dari tenaga kesehatan tersebut karena berdasarkan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan dapat melaksanakan kesiapsiagaan bencana guna mengurangi dampak negatif timbulnya bencana. Memastikan tersedianya pendidikan manajemen bencana dalam dunia pendidikan tenaga kesehatan sangatlah penting karena pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia, dan apabila dilaksanakan pada fase awal bencana akan dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kesakitan bagi penduduk yang terkena dampak